Minggu, 14 Juli 2013

ASKEP GAGAL GINJAL AKUT



ASKEP GAGAL GINJAL AKUT
A.        Definisi
Gagal ginjal akut adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah.
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), di sertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin).
Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea).
B.        Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab Gagal Ginjal Akut adalah :
1.       Pra Renal
a.       Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
b.      Penurunan volume vaskuler
c.       Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka baker
d.      Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare
e.      Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
f.        Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,Payah jantung kongestif, Dysritmia, Emboli paru, Infark jantung.
2.       Intra Renal
a.          Akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau tubulus distal.
b.         Kondisi seperti terbakar,udema akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat menyebabkan nekrosi tubulus akut (ATN)
c.          Berhentinya fungsi renal.
d.         Reaksi transfusi yang parah juga gagal intra renal.hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal menjadi faktor terbentuknya hemoglobin.
e.         Faktor penyebab adalah : pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama pada pasien lansia.
3.       Pasca Renal
a.          Obstruksi dibagian distal ginjal
b.         Tekanan ditubulus distal menurun, akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat
C.        Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut antara lain :
1.       Bengkak mata, kaki
2.       Nyeri pinggang hebat (kolik)
3.       kencing sakit, sedikit kadang timbul merah/darah bahkan sering kencing
4.       Demam
5.       Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
6.       Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
7.       Perubahan mental atau suasana hati
8.       Kejang
9.       Tremor tangan
10.   Mual, muntah
D.        Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal. Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
E.         Manifestasi Klinik
1.          Haluaran urine sedikit, Mengandung darah,
2.          Peningkatan BUN dan kreatinin,
3.          Anemia,
4.          Hiperkalemia
5.          Asidosis metabolic
6.          Udema
7.          Anoreksia,nause,vomitus
8.          Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
F.         Pemeriksaan Diagnostik
1.          Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
2.          Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
3.          KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi .
4.          Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5.          Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
6.          Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi
7.          Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
8.          Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan untuk diagnosis histologis
9.          Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
10.      EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
G.       Penatalaksanaan
1.          Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2.          Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3.          Mempertahankan keseimbangan cairan Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
H.        Asuhan Keperawatan
1.          Pengkajian
a.       Aktifitas dan istirahat :
gejala : Kelitihan kelemahan malaese
Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
b.      Sirkulasi.
Tanda:
a)      hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia, hipertensi akibat kehamilan).Disritmia jantung.
b)      Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
c)       DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
d)      Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki sakrum).
e)      Pucat, kecenderungan perdarahan.
c.       Eliminasi
Gejala :
a)      Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria (kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
b)      Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi).
c)       Abdomen kembung diare atau konstipasi
d)      Riwayat HPB, batu/kalkuli
Tanda :
a)      Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
b)      Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
d.      Makanan/Cairan
Gejala :
a)      Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan (dehidrasi)
b)      Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
c)       Penggunaan diuretik
Tanda :
a)      Perubahan turgor kulit/kelembaban.
b)      Edema (Umum, bagian bawah).
e.      Neurosensori
Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur dan Kram otot/kejang, sindrom “kaki Gelisah”.
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa, kemudian Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
f.        Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
g.       Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
h.      Keamanan
Gejala : adanya reaksi transfusi
Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
i.         Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius, malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan, cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
2.          Diagnosa Keperawatan
a)      Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
Intervensi
1)      Kaji keadaan udema
R   :   Edema menunjukan perpindahan cairan krena peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
2)      Kontrol intake danout put per 24 jam.
R   :   Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.
3)      Timbang berat badan tiap hari.
R   :   Penimbangan berat badan setiap hari membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat.
4)      Beritahu keluarga agar klien dapat membatasi minum.
R   :   Manajemen cairan diukur untuk menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis.


5)      Penatalaksanaan pemberian obat anti diuretik.
R   :   Obat anti diuretic dat melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat. Misalnya : Furosemide.
6)      Kolaborasi pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.
R   :   Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal dapat memberikan gambaran sejauh mana terjadi kegagalan ginjal.
b)      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus, nausea.
Intervensi
1)      Observasi status klien dan keefektifan diet.
R  :   Membantu dalam mengidentifikasi dan kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik dan pembatasan diet mempengaruhi asupan makanan.
2)      Berikan dorongan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan.
R  :   Higiene oral yang tepat mencegah bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.
3)      Berikan makanan TKRGR
R   :   Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
4)      Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.
R   :   Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik.
5)      Kolaborasi pemberian obat anti emetic.
R   :   Antiemetik dapat menghilangkan mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
c)       Aktivity intolerans berhubungan dengan kelemahan.
Intervensi
1)      Kaji kebutuhan pasien dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
R   :   Memberi panduan dalam penentuan pemberian bantuan dalam pemenuhan ADL.
2)      Kaji tingkat kelelahan.
R   :   Menentukan derajat dan efek ketidakmampun.
3)      Identifikasi factor stess/psikologis yang dapat memperberat.
R   :   Mempunyai efek akumulasi (sepanjang factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui.
4)      Ciptakan lingkungan tengan dan periode istirahat tanpa gangguan.
R   :   Menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
5)      Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan.
R   :   Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
6)      Kolaborasi pemeriksaan laboratorium darah.
R   :   Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah satu indikasi teerjadinya gangguan eritopoetin
d)      Kecemasan berhubungan dengan ketidak tahuan proses penyakit.
Intervensi
1)      Kaji tingkat kecenmasan klien.
R   :   Menentukan derajat efek dan kecemasan.
2)      Berikan penjelasan yang akurat tentang penyakit.
R   :   Klien dapat belajar tentang penyakitnya serta penanganannya, dalam rangka memahami dan menerima diagnosis serta konsekuensi mediknya.
3)      Bantu klien untuk mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat penyakitnya.
R   :   Klien dapat memahami bahwa kehidupannya tidak harus mengalami perubahan berarti akibat penyakit yang diderita.
4)      Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka.
R   :   Mengurangi beban pikiran sehingga dapat menurunkan rasa cemas dan dapat membina kbersamaan sehingga perawat lebih mudah untuk melaksanakan intervensi berikutnya.

Tidak ada komentar: