Kamis, 11 Juli 2013

askep KPD (ketuban pecah dini)

askep KPD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. ( Rustam Muchtar, 1998 )
Ukuran keberhasilan suatu pelayanan kesehatan tercermin dari penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada batas angka terendah yang dapat dicapai sesuai dengan kondisi dan situasi setempat serta waktu. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998). Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Achadiat,1995)
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif . Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang
bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang
cukup.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal tersebut di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu















BAB II
PEMBAHASAN
Ketuban Pecah Dini (KPD)

A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang
usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (mohtar,1998)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut.berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina servik (sarwono prawiroharjop,2002)
Adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005)
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten)
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4 %. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.
2. Anatomi Fisiologi
Darah terdiri dari elemen-elemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Plasma terdiri dari 900 air dan 100 elektrolit, gas terlarut berbagai produk sisa metabolisme dan zat-zat gizi misalnya gula asam amino, lemak, koleesterol, dan vitamin. Protein dalam darah misalnya albumin dan imuno globilin ikut menyusun plasma.

1) Pembentukan Sel Darah
Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit di bentuk di hati dan limfa pada sumsum tulang belakang. Proses pembentukan sel-sel darah disebut hematopoiesis.
2) Sel Darah Merah
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis. Fosforilasi oksidatif sel atau pembentuk hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen yang diambil dari paru-paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Sel darah matang di keluarkan dari sumsum tulang dan hidup sekitar 120 hari untuk kemudian mengalami disentegrasi dan mati.
Sel darah di gambarkan berdasaran ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel :
• Nermositik : sel yang ukurannya normal
• Nermokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
• Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
• Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
• Hipokromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu sedikit
• Hiperkromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu banyak.
3) Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem (heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara partial atau total.
4) Pemecahan Sel Darah Merah
Apabila sel darah merah mulai berdisentegasi pada akhir masa hidupnya, sel tersebut mengeluarkan hemoglobinnya kedalam sirkulasi. Hemoglobin diuraikan hati dan limfa. Molekul globulin diubah menjadi asam-asam amino. Besi dismpan dihati dan lmfa sampai di gunakan kembali oleh tubuh. Sisa molekul lainnya diubah menjadi bilirubin, yang kemudian dieksresikan melalui tinja atau urin.
3. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).

c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
d. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
e. Keadaan sosial ekonomi
Faktor lain
• Faktor golongan darah
• Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
• kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
• Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
• Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
• Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Serviks inkopeten
• Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
• Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
• Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi
• Kelainan bawaan dari selaput ketuban
• Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
4. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat" kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
5. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
• Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
• Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
6. Pemeriksaan penunjang
TES LABORATORIUM
Hitung darah lengkap dengan apusan darh : leukositosis di gabung dengan peningkatan bentuk batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
• Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
• Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri,.
Yang tidak boleh dilakukan:
• Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman. • Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi
7. Penatalaksanaan
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :
• Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
• Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
• Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
• Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
• Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
• Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
• Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.
Tujuan umum dalam Asuhan Perawatan Bayi Baru Lahir adalah untuk :
1. Mempertahankan Pernapasan
• Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dari pada badan agar supaya lendir keluar dari mulut dan mencegah lendir dan kadang – kadang darah dan mekonium masuk kesaluran pernafasan.
• Pengisapan lendir harus dilakukan dengan cepat dan lembut
• Bayi normal dalam beberapa detik sampai satu menit dengan membersihkan mulut dan hidung dari lendir akan segera timbul pernafasan spontan.
2. Mencegah Infeksi
• Usaha yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir ialah mencuci tangan sebelum memegang bayi dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat bayi, mengisolasi bayi yang sakit dan memakai pakaian yang bersih.
3. Memperhatikan suhu tubuh
• Suhu lingkungan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan bayi baru lahir, karena bila suhu lingkungan tidak ada; metabolisme dan konsumsi oksigen bayi akan meningkat.
• Segera setelah bayi lahir harus dikeringkan dan ditempatkan ditempat yang hangat. Setelah suhu tubuh bayi stabil biasanya 1‑2 jam sesudah lahir, bayi dibersihkan atau dimandikan.
4. Mengenal tanda‑tanda sakit
• Kondisi bayi dapat berubah dengan cepat karena itu perlu diawasi dengan kontinyu.
• Beberapa tanda‑tanda kelainan yang harts diperhatikan misalnya kulit, kening pada ban pertama kesukaran pernapasan, kenaikan atau penurunan suhu tubuh, biru atau pucat, penyakit kembung, problem makan, muntah, kejang‑kejang, tidak Bab selama 12 jam dan Bak dalam 12 jam pertama kehidupan dan penurunan badan‑badan bayi yang banyak.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan keperawatan ibu hamil dengan masalah ketuban pecah dini
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
– Hipertensi, edema patologis dan penyakit jantung sebelumnya
– Integritas ego
– Adanya ansietas sedang
b. Makanan/ cairan
– Ketidak adekuatan atau penambahan berat badan berlebihan yang terjadi pada
– hidroamnion
c. Nyeri/ketidaknyamanan
– Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit
d. Pernafasan
– Mungkin perokok berat
e. Keamanan
– Infeksi mungkin ada (misalnya ISK atau infeksi vagina )
f. seksualitas
– tulang servikal dilatasi, membrane amnion mungkin rupture,pendarahan trisemester 3, aborsi sebelumnya,persalinan preterm,uterus distensi berlebih
g. Interaksi social
Dari kelas sosial ekonomi yang rendah
h. Penyulahan pembelajaran
– Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal, mungkin di bawah usia 18 tahun atau lebih dari 40 tahun, penggunaan alcohol atau obat obatan
i. Temukan kajian yang lain
– keluar cairan bening dari vagina secara mendadak, dengan di ikuti sediki drainase.
– vagina penuh dengan cairan pada pemeriksaan speculum.
DATA SUBJEKTIF
– Pancaran involunter atau kebocoran
– Cairan jernih dari vagina merupakan gejal yang khas. Tidak ada nyeri
– maupun kontraksi uterus
– Riwayat haid
– Umur kehamilan diperkirakan dari haid terakhir.
DATA OBJEKTIF
– Pemeriksaan fisik
– Pemeriksaan umum : suhu normal terutama di sertai infeksi
– Pemeriksaan abdomen : uterus lunak dan tidak ada nyeri tekan

– Pemeriksaan pelvic : pemeriksaan speculum steril pertama kali di lakukan untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina.pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan di latasi servik.
2. Diagnosa Keperawatan
1) resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
2) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
3) Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
4) Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS
5) Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
(Dangoes:2000)
3. Intevensi
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional
1
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen
Tujuan :
- infeksi tidak terjadi pada ibu
kriteria hasil
- pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi - Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
- Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).
- Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah - Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.
- Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka.
- Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi


2










3


















4












5

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim





Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit












Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS






Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
Tujuan :
- rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- klien tampak tenang
- klien tampak nyaman




Tujuan :
- klien pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya
kriteria hasil :
- klien tidak resah lagi dengan peyakit nya
- menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis




tujuan :
- kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah
- klien menunjukkan pola tidur yang adekuat

Tujuan:
- aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.
Kriteria hasil:
- pasien bisa beraktivitas seperti biasa. - monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu
- ajrakan klien teknik relaksasi
- atur posisi klien
- berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung

- tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
- dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal
- berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya
- jelaskan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur

- lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur
- motivasi klien agar mengalihkan perhatian
- monitor kebutuhan tidur
- ciptakan suasana nyaman


- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal
mungkin.
- Beri posisi nyaman.
- Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan.
-Jelaskan pentingnya mobilisasi diri. - nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi
- untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien
- untuk memberikan kenyamanan pada klien
- agar klien dapat beristirahat


- memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan
- agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan
- agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya
- menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi




- agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu
- dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur
- untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum
- suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur
- agar kebutuhan sehari – hari klien dapat terpenuhi seperti biasa nya
- agar klien merasa nyaman dan tenang
- kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan
- proses penyembuhan
4. Implementasi
o Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan
o mplementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik



5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan
Daftar Pustaka

Dr. Santosa NI, SKM (1990), “ Perawatan Kebidanan yang Berorientasi Pada Keluarga (Perawatan II) “, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma, (2002), “Perawatan Bayi Risiko Tinggi”, Jakarta : EGC.

Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, MPHD ( 2002 ), “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal “, : Jakarta : EGC.

Marilyn E. Doengoes, Mary Frances Mooorhouse (2001), “Rencana Perawatan Maternal/Bayi “, Jakarta : EGC.

Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG (1998), “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta : EGC

Tidak ada komentar: