Minggu, 14 Juli 2013

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN  LEUKEMIA

A.    Pengertian

Leukemia adalah suatu penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik.

B.     Patofisiologi

Klasifikasi leukemia dibagi menjadi menjadi 2 kelompok besar, yang ditandai dengan ditemukannya sel darah putih matang yang menyolok – agranulosit (leukemia granuosit/mielositi) atau limfosit  ( limpfositik ). Klasifikasi ini didasarkan pada  morfologis diferensiasi sel  dan pematangan sel-sel leukemia predominan  di dalam sum-sum tulang dan sitokimiawi (Gralnick, 1977; Dabich, 1980, Price,1995). Kalsifikasi ini juga dapat dijadikan suatu gambaran varian dalam manifestasi  klinik, prognosis dan pengobatannya.

Jika dilihat dari proses diferensiasi sel darah penggolongan leukemia limfoblastik dan mieloblastik dapat dilihat pada bagan dibawah ini :










Mielosit
-Netrofilik
-Basofilik
-Eosinofilik

 

-          Netrofil
-          Eosinofil
-          Basofil
 

Sel induk pluripotensial
 

Mieloblast
 


 


                         








-          Limf. B
-          Limf. T
 
 






Gambar 1. Leukemia dapat terjadi sebagai akibat diferensiasi abnormal pada salah satu proses diatas.

Walaupun leukemia menyerang kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibanding wanita. Leukemia limfositik, terutama akut menyolok pada anak-anak umur kurang dari 15 tahun, dengan puncaknya pada umur 2-4 tahun. 

Penyebab leukemia secara jelas hingga saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pengaruh lingkungan dan genetik diperkirakan memegang peranan penting.  Faktor genetik dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar monozigot.  Faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia timbul bertahun-tahun kemudian. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastik, dikaitkan dengan frekwensi yang meningkat , khususnya agen alkil.  Agent virus HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan timbulnya leukemia.

Leukemia akut baik granulositik atau mielositik  merupakan jenis leukemia yang banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983).  Tanda dan gejala leukemia akut berkaitan dengan netropenia dan trombositopenia. Ini adalah infeksi berat yang rekuren disertai timbulnya tukak pada membrana mukosa, abses perirektal, pnemonia, septikemia disertai menggigil, demam, tachikardi dan tachypnea.  Trombositopenis menyebabkan perdarahan yang tak terkontrol. Tulang mungkin sakit dan lunak. Anemia bukan merupakan manifestasi awal disebabkan karena umur eritrosit yang panjang. Gejala anemia berupa pusing, malaise, dan dispnea waktu kerja fisik yang melelahkan. Pensitopenia dapat terjadi setelah dilakukan kemoterapi.

Leukemia limfositik akut (LLA), paling sering menyerang anak-anak dibawah 15 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 2-4 tahun. Manifestasi LLA berupa proliferasi limfoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat ekstra medular seperti kelenjar limfe dan limpa.  Tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan pada unsur – unsur sum-sum tulang normal. Karena itu, infeksi, perdarahan dan anemia merupakan manifestasi utama. Tanda lain berupa limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang, sakit kepala, muntah, kejang, gangguan penglihatan.   Data laboratorium berupa leukositosis, limfositosis, trombosit dan sel darah merah rendah, hiperseluler  sum-sum tulang belakang

C.    Pengkajian


   SISTEM
DATA SUBYEKTIF
DATA OBYEKTIF
Aktivitas
Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Kontraksi otot lemah
Klien ingin tidur terus dan tampak bingung
Sirkulasi
Berdebar
Tachycadi, suara mur-mur jantung, kulit dan mukosa pucat, defisit saraf cranial terkadang ada pendarahan cerebral.
Eliminasi
Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri. Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran berampas,  Adanya darah dalam urine dan terjadi penurunan  output urine.
Perianal absess, hematuri.
Rasa nyaman
Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian, sternum terasa lunak, kram pada otot.
Meringis, kelemahan, hanya  berpusat pada diri sendiri.
Rasa aman
Merasa kehilangan kemampuan dan harapan,  cemas terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.
Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh, perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma ringan.
Dpresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood dan tampak bingung.
Panas, infeksi, memar, purpura, perdarahan retina, perdarahan pada gusi, epistaksis,  pembesaran  kelenjar limpa, spleen, atau hepar, papiledema dan exoptalmus,
Makan dan minum
Kehilangan nafsu makan, tidak mau makan, muntah, penurunan berat badan,  nyeri pada tenggorokan dan sakit pada saat menelan.
Distensi abdomen, penurunan peristaltic usus, splenomegali, hepatomegali, ikterus, stomatitis, ulserasi pada mulut, gusi membengkak (acute monosit leukemia).

Sexualitas

Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.

Neurosensori
Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi, pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan rasa
Peningkatan kepekaan otot, aktivitas yang tak terkontrol.
Respirasi
Nafas pendek,
Dyspnoe, tachypnoe, batuk, ada suara ronci, rales, penurunan suara nafas.
Belajar
Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena, phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi.  Riwayat keluarga yang menderita keganasan.


Data penunjang:
Penghitungan  sel darah :
-          Normocitic, normokromik anemia
-          Hb < 10 g/100 ml
-          Retikulosit :  rendah
-          Platelet count : < 50.000/mm
-          WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia
-          PT/PTT memanjang
-          LDH meningkat
-          Serum asam urat dalam urine : meningkat
-          Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit dan myelosit leukemia.
-          Serum tembaga : meningkat
-          Serum Zinc : menurun
-          Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih dari 60 % - 90 % blast sel,
-          Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien
-          Lymp node biopsy : tampak pengecilan


D.    Diagnose Keperawatan

1.      Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh, prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.
2.      Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah, perdarahan, diare, demam
3.      Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari kecemasan.
4.      Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan energi, suplay oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.
5.      Kurangnya pengetahuan  tentang perjalanan penyakit, prognosis dan pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

E.     Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX
INTERVENSI
RASIONAL
1


















































2.
































3.


















4.












5
-       Tempatkan pada ruang khusus dan batasi pengunjung. Awasi pemberian buah dan sayyur segar.

-       Lakukan protap pencucian tangan bagi setiap orang yang kontak dengan klien

-       Monitor vital sign



-       Cegah peningkatan suhu tubuh dengan cara pemberian cairan yang adekuat serta lakukan kompres hangat.



-       Lakukan pemeriksaan suara nafas dan batuk secara teratur..
-       Pegang klien dengan lembut dan linen tetap kering dan rapi.
-       Jaga integritas kulit, luka yang terbuka dan kebersihan kulit dengan pembersih antibakteri.

-       Periksa mukosa mulut dan lakukan oral hygiene.

-       Jaga kebersihan kebersihan anus dan genital.
-       Awasi istirahat dan pola tidur klien secara  ketat.
-       Berikan asupan makanan yang adekuat yang mengandung cairan serta protein tinggi.

-       Lakukan tindakan kolaborasi:
-    Blood test count :  WBC dan Neutrofil.


-    Lakukan kulture

-    Pemberian antibiotik sesuai order.
-    Review serial X-Ray

-    Berikan makanan yang memiliki resiko tinggi menimbulkan infeksi sperti yang sudah dimasak atau yang sudah diproses secara higienes.

-    Monitor intake dan out-put





-    Tim bang berat badan  setiap hari


-    Monitor Tensi dan frekwensi jantung.

-    Evaluasi turgor kulit, capiler refill, dan kondisi mukosa.
-    Perhatikan mukosa dari ptechie, ecchymosis, perdarahan gusi.


-    Lakukan tindakan yang lembut untuk mencegah perlukaan seperti menggunakan sikat gigi yang lembut, kapas swab, lakukan tepid sponge, gunakan alat cukur elektrik.
-    Kolaborasi:
-    Lakukan pemasangan IV line

-    Monitor laboratorium Platelet, Hb/Ct, cloting.

-    Pemberian anti muntah

-    Pemberian Alluporinol


-    Kaji keluhan nyeri dengan skala nyeri (0 – 10)
-    Monitor vital sign dan kaji ekpresi nonverbal.
-    Jaga lingkungan agar tetap tenang
-    Kurangi stimulasi yang meningkatkan stress.
-    Letakkan pada posisi nyaman

-    Lakukan perubahan posisi secara periodic

-    Evaluasi koping mekanisme klien
-  Kolaborasi:
-          Kadar asam urat
-          Pemberian analgetik
-          Pemberian narkotik
-          Antianxiety

-    Kaji kelemahan tubuh klien dan ajak anak berpartisipasi untuk bermain.


-    Berikan kesempatan istirahat dan tidur yang cukup
-    Berikan makanan selingan yang cukup selama kemotherapi
-    Kolaborasi:
-          Antiemetik
-          Berikan oksigen


- Berikan penjelasan tentang patologi leukemia, tindakan serta prognosenya.kepada keluarga




-       Untuk menjaga klien dari agent patogen yang dapat menyebabkan infeksi.

-       Mencegah infeksi silang


-       Progresive hipertermia sebagai pertanda infeksi atau demam sebagai efek dari pemakaian kemotherapi maupun tranfusi
-       Membantu menghilangkan demam yang dapat menimbulkan ketidak seimbamgan cairan tubuh, ketidak nyamanan serta komplikasi CNS.
-       Mencegah sumbatan sekresi saluran pernafasan.
-       Mencegah eksoriasi.

-       Untuk mencegah infeksi local. (Luka biasanya tidak bernanah akibat rendahnya kadar granulosit).
-       Jaringan mukosa mulut merupakan  medium bagi perkembangan bakteri.
-       Untuk mencegah terjadinya infeksi anal maupun genital.
-       Untuk konservasi energi bagi perkembangan sel-sel klien.
-       Untuk mempertahankan daya tahan tubuh klien dan keseimbangan cairan tubuh kien.

-    Penurunan WBC merupakan kesimpulan dari proses penyakit dan  efek samping dari pengobatan kemoterapi.
-    Untuk mengetahui sensitivitas kuman.
-    Untuk mencegah infeksi
-    Indikator dari perkembangan kondisi klien.





-  Penurunan volune cairan dapat menjadi prekusor kerusakan RBC sehingga dapat menimbulkan kerusakan tubulus ginjal dan terbentuknya batu ginjal.

-  Untuk melakukan analisis tentang fungsi ginjal.

-  Perubahan dapat menjadi indikasi hipovolemia.
-  Sebagai indicator status dehidrasi.

-    Penekanan bone narrow dan produksi platelet yang rendah beresiko menimbulkan  perdarahan yang tak terkontrol.
-    Jaringan yang lemah, dan mekanisme pembekuan yang abnormal sering menjadi penyebab perdarahan  tak terkontrol.

-    Untuk mempertahankan kebutuhan cairan tubuh.
-    Jika platelet count < 20000/mm. Penurunan Hb/Hct  dapat menimbulkan perdarahan.
-    Mencegah hilangnya cairan melalui muntahan.
-     Mencegah timbulnya nefropati


-    Untuk mempermudah intervensi dan observasi terhadap
-    Mengetahui efektivitas tindakan terhadap nyeri.
-    Meningkatkan kesempatan istirahat dan memperbaiki koping mekanisme.
-    Mencegah rasa tidak nyaman pada persendian
-    Meningkatkan sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi.

-    Untuk mengetahui kemampuan kontrol klien terhadap nyeri.





- Mengkaji efek dari leukemia terutama pada fase pengobatan, sehingga perlu dianalisa perlu tidaknya bantuan.
-    Untuk menyimpan energi dan perbaikan sel.
-     






- Menyiapkan mental untuk tindakan menghadapi kasus yang diderita anaknya.




 
FORMAT PENGKAJIAN ASKEP ANAK


Nama Mahasiswa         :  Simon Kleden              Ruangan       :  Anak (B 3)
NIM                                 :  019930056 B                            No. Register :  10053860
Pengkajian diambil tgl. :  06 Juli 2001                             Jam                :  12.15 wib
 


I.  IDENTITAS KLIEN:
      Nama                  :  An. M.F
     Jenis Kelamin    :  Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir :  Krian, 28-5-1996
Umur                    :  5 tahun
Anak Ke              :  2
Nama Ayah        :  Tn. S
Nama Ibu                        :  Ny. A
Pendidikan Ayah:  SLTA
Pendidikan Ibu  :  SLTA
Agama                 :  Islam.
Suku/Bangsa     :  Jawa/Indonesia
Alamat                 :  Jl. Sidoarjo 4/5 Krian, Sidoarjo
Tanggal MRS     :  09 Juni 2001 jam 19.15 wib
Diagnosa Medis :  Limfadenitis TB + S. Meningoencephalitis TB.
Sumber Informasi:  Orangtua, rekam medik, pengkajian
II.  Riwayat Keperawatan
1.  Riwayat Keperawatan Sekarang:
1.1     Keluhan Utama: panas, kejang, mata tidak mau menutup dan keme-rahan.
1.2    Lama Keluhan:  sejak 1 bulan yang lalu.
1.3   Akibat timbulnya keluhan: 
  Kesadaran klien menurun, mata terbuka dan kemerahan, kejang, tangan dan kaki drop/kaku.
1.4   Faktor yang memperberat:  panas yang tinggi/demam.
1.5   Upaya untuk mengatasi:
 Memberikan kompres hangat dan memberikan puyer pamol untuk menurunkan panas.
1.6   Lainnya:  klien mendapat perawatan dari bagian mata dan fisioterapi serta telah dikonsulkan dengan bagian gizi.

2.    Riwayat Keperawtan Sebelumnya (Post History)
        a.  Pre natal  : 
ibu tidak pernah sakit, kontrol rutin puskesmas dan dapat vitamin.  Kebiasaan minum jamu sinom sampai dengan kehamilan 8 bulan.
b.    Natal:
Kehamilan 9 bulan aterm, BBLR 3 kg.  Lahir spontan, langsung menangis.  Obat-obatan yang diberikan tidak ada, hanya suplemen vitamin dari puskesmas/bidan.
c.    Post natal:
Asi diberikan sampai dengan usia 1,5 tahun.  Diasuh oleh ibu kandung dibantu oleh anggota keluarga yang lain (ayah, kakek dan nenek).  Klien pernah menderita sakit panas ketika berumur 1,5 tahun tapi tidak sampai MRS.
        Luka/Operasi:  tidak ada.
        Alergi: tidak ada.
        Pola kebiasaan:
        Tumbang:
Mengangkat kepala, merangkak umur 10 bulan, bicara umur 1 tahun.
        Imunisasi Lengkap:
-          BCG
-          DPT I, II, III, booster?
-          Polio I, II, III, IV, booster?
-          Campak
-          Hepatitis B
        Status Gizi
-          ASI diberikan sampai umur 1,5 tahun.
-          Pisang diberikan mulai umur 2 bulan.
-          Bubur diberikan mulai umur 7 bulan.
-          BB= 17 kg, sebelum sakit.  Saat pengkajian BB= 12,5 kg.
        Psikososial
Masa bayi (0-1 tahun): dirawat oleh ibu dibantu ayah dan kakak kadang juga oleh kakek dan nenek, tetapi dengan ibunya,  klien sulit dipisahkan.  Klien menangis keras bila ibu lama meninggalkannya.
Toddler (1-3 tahun):  Klien berpakaian, makan serta BAB masih dibantu oleh ibu, kadangkadang oleh ayah dan kakak namun lebih sering dengan ibunya.  Klien mulai belajar bicara sejak umur 1 tahun.
Anak Pre School (4-6 tahun):  klien juara menyanyi, prestasi belajarnya lumayan baik.  Klien dekat dengan ibunya.  Klien pendiam dan agak cengeng.  Kesekolah diantar jemput.
        Psikosexual:  klien berada diantara fase oedipal/falik dan fase laten.
        Interaksi:  menurut ibunya klien pendiam dan cengeng.  Klien sangat dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayahnya.

3.    Riwayat Kesehatan Keluarga
        Komposisi keluarga:  4 orang (ayah, ibu, kakak dan klien).
        Lingkungan rumah dan komunitas: 
        Pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga:  SLTA dengan pekerjaan swasta.
        Kultur dan kepercayaan:  adat Jawa, kepercayaan yang dianut adalah agama Islam.
        Fungsi dan hubungan keluarga: klien dirawat oleh ibu, menurut ibunya klien dekat dengan dirinya dibandingkan dengan ayah dan kakaknya.
        Perilaku yang dapat mempengaruhi keseahatan: tidak terkaji.
        Persepsi keluarga tentang penyakit klien:  keluarga berharap keadaan klien cepat membaik/sembuh.  Keluarga menganggap penyakit yang menimpa anaknya sebagai suatu cobaan yang harus dijalani.

4.    Pola Fungsional Kesehatan
        Pola persepsi dan mempertahankan kesehatan:
Klien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara.  Ibu klien mengatakan ia sudah biasa merawat anaknya yang dulu pernah sakit dileher (servikal) terdapat benjolan sebesar kelengkeng yang dulu besar dan sekarang sudah mengecil.
        Pola latihan dan aktifitas:
Kaki dan tangan mengalami kekakuan, spasme pada ekstremitas atas dan bawah, mata menonjol keluar dan tidak bisa ditutup serta meradang.  Punggung melengkung ke arah depan (lordosis).  Tidak ada batuk, riak banyak, ada ronkhi, RR= 36 x/mnt, nadi 128 x/mnt, reguler.  Akral teraba hangat, refleks babinski +, refleks cedhok +.
        Pola nutrisi:
Ibu klien bertanya mengapa kondisi fisik anaknya masih kurus, padahal ia terus memberikan diit sesuai dengan yang diberikan oleh RS.  Makan lewat sonde, diit TKTP 1250 kalori yang terdiri dari modisco III 1x 100 cc, tim sonde 6x100 cc.  Saat pengkajian BB 12,5 kg, TB 105 cm, LK 50 cm, LD 55,5 cm, LLA 10,5 cm, kulit kering, mukosa kering.  Badan panas dengan suhu 38,8oC.
        Pola eliminasi:
Dikatakan klien lama tidak BAB, saat pengkajian klien BAB.  Oleh perawat yang jaga malam klien di lavament, BAK jarang, 2-3x/hari.
        Pola tidur dan istirahat:
Tidak bisa dikaji karena kesadaran klien somnolen.
        Pola kognitif dan perseptual:
Klien kadang kejang, reaksi terhadap nyeri +.
        Pola persepsi diri:
Tidak bisa dikaji.   Ibu klien tampak sabar dan telaten dalam merawat/ menjaga klien.
        Pola peran – hubungan:
Yang merawat klien selama sakit adalah ibunya, yang secara telaten dan disiplin serta sabar.  Bila mau pergi untuk membeli obat atau mandi ibunya selalu menitipkan kepada perawat atau tetangga dan keluarga yang sedang membesuknya.
        Pola seksualitas/reproduktif:
Sejak masih kecil klien sudah dekat dengan ibunya dibandingkan dengan ayah maupun kakaknya.  Organ seksual lengkap dan dalam batas normal.
        Pola mekanisme koping dan stress:
Sebelumnya klien pendiam dan agak cengeng.  Saat pengkajian kesadaran klien somnolen sehingga tidak bisa mengkaji.
        Pola nilai dan keyakinan
Keluarga memeluk agama Islam.  Ibu memasrahkan anaknya kepada Tuhan YME dengan selalu berdoa dan mengerjakan shalat.  Ibu klien yakin bahwa anaknya suatu saat nanti dapat sembuh.

5.    Pemeriksaan Diagnostik
♪  Patologi anatomi (PA) tanggal 25 Juni 2001:
    Kesimpulan:  nodul colli sinistra.  FNA Lymphadenitis tuberculosa.
♪  Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2001:
    CRP positif 48 mg/L.
♪  Pemeriksaan laboratorium tangal 13 Juni 2001:
    Hb               =  9,4 g/dl
    Eritrosit       =  4,8 x 1 juta/UL
    Leukosit     =  13,7 x 109/L
♪  Pemeriksaan lumbal punksi tanggal 09 Juni 2001:
    Liquor lengkap:
-          Warna       :  jernih
-          Kekeruhan :  -
Makroskopis:
-          Jumlah sel:  3 /cm.
-          Jenis sel:
Mononuklear :  100%
Poli nuklear  :  -
               Uji kimiawi:
-          Nonne Apelt :  -
-          Pandy           :  -
-          Kadar gula   :  35 mg/dl
-          Protein        :  34 mg/dl

Terapi:
♠  Cotrimoxazole  2x400 mg
♠  Prednison 3x1 tab
♠  Streptomycin injeksi 1x400 mg/IM
♠  INH 1x200 mg
♠  Rifampisin 1x10 mg
♠  B6 1x150 mg
♠  Pamol puyer k/p
♠  Lavament 2x sehari
♠  Diit TKTP 1250 kal
♠  Modisco III 1x100 cc
♠  Tim sonde 6x100 cc

















 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 5 TAHUN

 DENGAN LIMFADENINTIS TUBERKULOSIS

 

 

 

PENGERTIAN

Tuberkolosis yang terjadi pada kelenjar superfisial yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, terjadi dalam 6 bulan pertama setelah terjadi infeksi sebagai akibat penyebaran limfogen dan atau hematogen, biasanya multipel.

PATOGENESIS      


 




















 

 

 


Respon Imun Selular
Gagal & Inadekuat

 
                                         95%                                    5%
Sel T Spesifik
 
                                                                                   
















TB In Aktif Mungkin Masih Ada Basil TB

 
 








                                                                   5%


TB kelenjar superfisial:
§      Akibat penyebaran limfogen dan hematogen.
§      Dapat sembuh sendiri, dapat progresif.
§      Dapat merupakan bagian dari TV milier.
§      Biasanya multipel.
§      Lokasi: leher, axilla, inguinal, supra clavikuler, sub mandibula.
§      Abses.

Pembesaran kelenjar terjadi karena adanya hiperplasia limfoid dan terbentuknya tuberkel, kemudian terjadi granulasi kronis, di kelenjar terjadi nekrosis dan perkejuan.  Kelenjar dapat membesar dan melekat satu dengan yang lainnya serta melekat dengan jaringan sekitarnya, kemudian terjadi perkejuan selanjutnya terbentuk abses.  Pada penyembuhan dapat terjadi perkapuran.


PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.    Identitas klien: selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2.    Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3.    Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4.    Riwayat penyakit dahulu:
*  Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat  kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
*        Pernah berobat tapi tidak sembuh?
*        Pernah berobat tapi tidak teratur?
*        Riwayat kontak dengan penderita TBC.
*        Daya tahan yang menurun.
*        Riwayat imunisasi/vaksinasi.
*        Riwayat pengobatan.
5.    *   Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
*        Riwayat keluarga.
*        Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
*        Aspek psikososial.
*        Merasa dikucilkan.
*        Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
*        Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
*        Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.
*        Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan:
*        Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.
6.    Pola fungsi kesehatan.
1)    Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.
2)    Pola nutrisi -  metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.
3)    Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4)    Pola aktifitas – latihan
Sesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5)    Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.
6)    Pola kognitif – perseptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.
7)    Pola persepsi diri
Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.
8)    Pola peran – hubungan
Anak menjadi ketergantungan terhadap orang lain (ibu/ayah)/tidak mandiri.
9)    Pola seksualitas/reproduktif
Anak biasanya dekat dengan ibu daripada ayah.
10)  Pola koping – toleransi stres
Menarik diri, pasif.


PEMERIKSAAN FISIK
1.    ¨  Demam: sub fibril, fibril (40 – 41oC) hilang timbul.
¨      Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/  mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
¨      Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
¨      Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.
¨      Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
¨      Pada tahap dini sulit diketahui.
¨      Ronchi basah, kasar dan nyaring.
¨      Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara limforik.
¨      Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
¨      Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2.    Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
3.    Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
4.    Kadang terjadi abses.



PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENGOBATAN
1.    Uji tuberkulin
Infeksi TB ® imunitas seluler ® hipersensitifitas tipe lambat ® uji tuberkulin +.
2.    Foto rontgent
Rutin: foto pada Rö paru.
Atas indikasi: tulang, sendi, abdomen.
Rontgent paru tidak selalu khas.
3.    Gambaran klinis:
¨      Tanpa gejala.
¨      Gejala umum/tidak spesifik.
-          Demam lama.
-          BB turun/tidak naik.
-          Malnutrisi.
-          Malaise.
-          Batuk lama.
-          Diare berlanjut/berulang.
¨      Gejala spesifik, sesuai organ yang terkena.
Kelenjar: kelenjar membesar skrofulodivina.
Respiratorik: batuk, sesak, mengi.
Neurologik: kejang, kaku kuduk.
Ortopedik: pincang, gibbus.
GI: diare berlanjut.
4.    Pemeriksaan mikrobiologis
-  Bakteriologis
   Memastikan TB.
         Hasil normal: tidak menyingkirkan diagnosa TB.
   Hasil +:  10 – 62% dengan cara lama.
   Cara    : cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
5.    Pemeriksaan darah tepi
Tidak khas.
LED dapat meninggi.
6.    Pemeriksaan patologik anatomik
Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
7.    Sumber infeksi
Adanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria diagnosa.
8.    Lain-lain
-          Uji faal paru.
-          Bronkoskopi.
-          Bronkografi.
-          Serologi.
-          dll.


PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN
Penatalaksanaan
Ø  Penyuluhan
Ø  Pencegahan
Ø  Pemberian obat-obatan
1.    OAT ( oabat anti tuberkulosa )
2.    Bronchodilator
3.    Expectoran
4.    OBH
5.    Vitamin
6.    Antibiotik
Ø  Operasi untuk mengeluarkan kelenjar yang membesar.


TAHAP TUMBUH KEMBANG ANAK
À      Menurut Soetjiningsih:
Masa pra sekolah usia 1-6 tahun.
À      Menurut Donna L. Wong:
Masa anak-anak awal 1-6 tahun.
Pra sekolah: 3-6 tahun.

Tahap pertumbuhan cepat:
Pertumbuhan cepat pada masa pra-adolesen.  Terdapat pertumbuhan fisik/jasmani yang sangat pesat, dimana tubuh anak menjadi cepat besar, BB naik dengan pesat serta panjang badan (PB) juga bertambah dengan cepat, anak makan dengan banyak serta aktifitas bertambah.  Pertumbuhan tampaknya mengikuti satu irama tertentu dan berlangsung secara bergantian.

Tahap pertumbuhan otak
¨      Umur 5 tahun: sangat lambat (Morley, D: 1986).
Tahap perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud:
Suatu proses pertambahan pematangan fungsi struktur tubuh serta kejiwaan yang menimbulkan dorongan untuk mencari stimulasi dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk menjadi dewasa.
¨      Fase oedipal/falik (3-5 tahun)
-          Mulai melakukan rangsangan autoerotik.
-          Bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.
-          Aanak pasca oedipal berkelompok dengan sejenis. 
Oedipus komplek:  anak lelaki dekat ibunya karena perasaan cinta/tertarik.
Elektra komplek  :   anak perempuan dekat ayahnya karena perasaan cinta/ tertarik.
¨      Fase laten (5 – 12 tahun)
-          Masuk ke permulaan fase pubertas.
-          Periode terintegrasi.
-          Fase tenang.
-          Dorong libido mereda sementara.
-          Erotik zona berkurang.
-          Anak tertarik dengan per group (kelompok sebaya).

Tahap perkembangan manusia ditinjau dari aspek psikososial menurut Erik Erickson:
Dibagi 8 tahap perkembangan mulai dari lahir sampai usia tua:
-          Tahap ke-3; krisis perkembangan : initiative vs guilt (inisiatif vs perasaan bersalah; nama tahap: pre school/usia pra sekolah.
-          4 – 6 tahun:
Kepercayaan yang diperoleh anak tidak diartikan bahwa ia diperbolehkan memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara aktif seperti bagaimana dan mengapa tentang sesuatu sehingga anak dapat memperluas aktifitasnya, jika anak dilarang dan diomeli/dicela untuk usaha itu yang mencari pengalaman baru, anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang menantang, keterampilan motorik dan bahasanya.


DIAGNOSA PERAWATAN
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :
Ø  Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis
Ø  Kerusakan membran alveolar kapiler
Ø  Sekret yang kental
Ø  Edema bronchial
Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :
Ø  Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap
Ø  Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar
Ø  Malnutrisi
Ø  Terkontaminasi oleh lingkungan
Ø  Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan :
Ø  Tidak ada yang menerangkan
Ø  Interpretasi yang salah, tidak akurat
Ø  Informasi yang didapat tidak lengkap
Ø  Terbatasnya pengetahuan / kognitif
Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
Ø  Kelelahan
Ø  Batuk yang sering, adanya produksi sputum
Ø  Dyspnoe
Ø  Anoreksia
Ø  Penurunan kemampuan finansial (keluarga).
















INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx. I.
Independen
Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique.
TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku.
            Akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan
Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru
Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas
            Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi

Kolaborasi
Monitor BGA
            Menurunnya oksigen ( PaO2 ), saturasi atau meningkatnya PaCo2 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.
Memberikan oksigen tambahan
            Membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan paru.

Dx. II.
Independen
Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, menyebarnya infeksi melalui bronkhus pada jaringan sekitarnya atau melalui aliran darah atau sistem limfe dan potensial infeksi melalui batuk, bersin, tertawa, ciuman atau menyanyi.
Membantu klien agar klien mau mengerti dan menerima terhadap terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan.
Memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.
Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk
            Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
Gunakan masker setap melakukan tindakan
            Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi
Monitor temperatur
            Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.
Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani
Periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga bulan.

Kolaborasi
Pemberian terapi untuk anak
INH, Etambutol, Rifampisin
INH adalah obat pilihan bagi penyakit TB primer dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan etambutol untuk 2 bulan pertama.
Pyrazinamid ( PZA ) / aldinamide, Paraamino Salicyl ( PAS ), Sycloserine, Streptomysin
Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.
Monitor sputum BTA
Klien dengan 3 kali pemeriksaan BTA negatif, terapi diteruskan sampai batas waktu yang ditentukan.

Dx. III.
Independen
Kaji kemampuan belajar klien misalnya : tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya.
Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.
Mengidentifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya : hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo.
Mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.
Menekankan pentingnya asupan diet TKTP dan intake cairan yang adekuat.
Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu mengencerkan dahak.
Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga misalnya : jadwal minum obat.
Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien.
Menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.
Meningkatkan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan therapi dan mencegah terjadinya putus obat.
Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul, misalnya : mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah.
Dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani terapi.
Merujuk pemeriksaan mata saat memulai dan menjalani therpi etambutol.
Efek samping utama etambutol adalah menurunkan  ketajaman penglihatan dan juga mengurangi kemampuan untuk mempersepsikan warna hijau.
Memberikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan  kecemasan/keprihatinannya serta memberikan jawaban yang jujur atas pertayaannya. Jangan berusaha menyangkal pernyataanya.
Memberikan kesempatan untuk mengubah pandangannya yang salah dan meredakan kecemasannya. Penyangkalan terhadap perasaannya akan memperburuk mekanisme koping yang merugikan kesehatannya.
Review tentang cara penularan TB ( misalnya : umumnya melalui inhalasi udara yang mengandung kuman, tapi mungkin juga menular melalui urine jika infeksinya mengenai sistem urinaria ) dan resiko kambuh kembali.
Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan / kambuh kembali. Komplikasi yang berhubungan dengan tidak adekuatnya penyembuhan TB meliputi : formasi abses, empisema, pneumothorak, fibrosis, efusi pleura, empyema, bronkhiektasis, hemoptisis, ulcerasi GI, fistula bronkopleural, TB laring, dan penularan kuman.



Dx. IV.
Independen
Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan :
1.    Catat turgor kulit
2.    Timbang berat badan
3.    Integritas mukosa mulut, kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat nausea, vomiting atau diare.
Digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi
Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai
Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet klien.
Meonitor intake dan output secara periodik.
Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB.
Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan bedrest
Membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat demam.
Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi
Mengurangi rasa yang tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang dapat merangsang vomiting.









DAFTAR PUSTAKA






Carpenito, Lynda Juall.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8.  EGC.  Jakarta.

Doengoes, ME.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan.  EGC.  Jakarta.

IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi.  2000.  Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak.  Jakarta.

Nelson.  2000.  Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15.  EGC.  Jakarta.

Ngastiyah.  1997.  Perawatan Anak Sakit.  EGC.  Jakarta.

Soeparman.  1999.  Ilmu Penyakit Dalam; Jilid I.  FKUI.  Jakarta.

Staf Pengajar Ilmu Keperawatan Anak FKUI.  1985.  Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.  FKUI.  Jakarta.

……..  2000.  Diktat Kuliah Medikal Bedah PSIK FK Unair Surabaya.




ANALISA DATA

Tgl.
Data
Penyebab
Masalah
09/7/
2001
S: Ibu klien mengatakan suhu tubuh anaknya meningkat/ panas.
O:- Peningkatan suhu tubuh 38,8oC.
-          Leukosit 13,7x109/L
-          PA: Lymfadenitis TB.
-    Gizi buruk.   
Peradangan pada paru & jaringan otak
¯
Daya tahan tubuh menurun & malnutri-si
¯
Kuman ikut aliran darah & limfa, me-nyebar ke seluruh tubuh
¯
Komplikasi infeksi pada organ lain
Resiko infeksi & penyebaran infeksi
09/7/
2001
S: Ibu klien bertanya mengapa kondisi anaknya tetap kurus & tidak sadar.
O: - NGT terpasang.
-   Kesadaran somnolen.
-   BB= 12,5 kg.
-   Kulit kering.  

Kesadaran klien me-nurun (somnolen) sebagai akibat infek-si
¯
Intake kurang, pro-ses absorbsi maka-nan lambat
¯
Peningkatan kebutu-han kalori & kesuli-tan dalam mencerna kalori
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
09/7/
2001
S: Ibu mengeluh kaki & tangan klien kaku.
O: -Kaki & tangan drop/kaku.
-   Tulang belakang melengkung ke muka.
-   Spastik.
-   Penurunan kesadaran: somnolen.
-   RR= 36x/mnt.
    -  Nadi= 128x/mnt. 
Gangguan motorik & kelumpuhan bebera-pa nervus cranialis
¯
Kelumpuhan & ke-jang serta kekakuan & kontraktur

Gangguan mobilitas fisik
09/7/
2001
S: Ibu bertanya tentang kondisi anaknya, pengobatan serta prognosisnya.
O: Ibu selalu bertanya.
Keadaan klien
¯
Keluarga (ibu & ayah)
¯
Interpretasi yang salah, tidak akurat, informasi yang dida-pat tidak lengkap
Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi klien, pengobatan, pro-sedur diagnostik & prognosis


RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien: An. M.F           No. Rekam Medik: 10053860        Hari Rawat yang ke-: 31 hari
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana Intervensi
Rasional
1.
Resiko infeksi & penye-baran infeksi berhubu-ngan dengan malnutrisi & riwayat infeksi.
Penyebaran infeksi yang lebih luas tidak ter-jadi.

Kriteria Hasil:
-    Tidak terjadi demam.
-    Tidak terjadi kejang.
1.  Mengidentifikasi orang-orang yang  berisiko untuk terjadi infeksi (sau-dara klien).
2.    Monitor suhu tubuh klien, berikan kompres hangat.
3.    Berikan diit sesuai yang diberikan RS.
4.    Berikan terapi TB & lainnya sesuai program medik.

5.    Observasi tanda-tanda infeksi se-kunder & TTV.
1. Memberitahu untuk tidak terlalu sering berinteraksi dengan klien.
2. Febris merupakan indikasi terjadi infeksi.
3. Untuk memperbaiki status gizi klien.
4. Untuk pengobatan & pence-gahan komplikasi lebih lan-jut.
5. Agar dapat diketahui sedini mungkin & dapat segera di tangani.
2.
Perubahan nutrisi: ku-rang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori & kesulitan dalam mencerna kalori.
Kebutuhan nutrisi terpe-nuhi sesuai kondisi klien

Kriteria Hasil:
-  Diit diberikan sesuai route pemberian.
-  Ibu dapat memberikan makanan tambahan tanpa bertentangan dengan program pe-ngobatan


1. Kaji & komunikasikan status nutrisi klien.
2. Berikan diit sesuai dengan route.

3. Anjurkan keluarga untuk menam-bahkan sesuai dengan selera klien serta indikasi/ tidak bertentangan dengan terapi & kondisi klien.
1.    Monitor intake & output secara pe-riodik.
2.    Lakukan perawatan oral sebelum & sesudah terapi.
1. Untuk mendefinisikan tingkat masalah & intervensi.
2. Untuk memenuhi intake nut-risi.
3. Memberikan tambahan inta-ke nutrisi.


4. Mengukur keefektifan nutrisi & cairan.
5. Untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
3.
Gangguan mobilitas fi-sik berhubungan deng-an penurunan kekuatan otot, terjadi kontraktur, efek tirah baring.
Mobilitas fisik terpenuhi, komplikasi minimal dalam 1 bulan.

Kriteria Hasil:
- Otot tangan & kaki lemas.
-  Dekubitus tidak terjadi
1. Berikan posisi dalam kesejajaran tubuh.

2. Ajarkan ibu untuk melakukan latih-an gerak pada extremitas.
3. Ajarkan ibu dan keluarga untuk tindakan kewaspadaan keamanan.

4. Fisioterapi oleh rehab medik setiap hari.
1. Untuk mencegah komplikasi & meminimalkannya apabila ada.
2. Untuk mencegah komplikasi

3. Mencegah trauma karena kondisi klien yang tidak sa-dar.
4. Untuk memaksimalkan pen-cegahan komplikasi.
4.
Kurang pengetahuan keluarga tentang kon-disi klien, pengobatan, prosedur diagnostik & prognosis
Keluarga dapat menger-ti & memahami kondisi klien, pengobatan, pro-sedur diagnostik & prog-nosis klien sehingga da-pat kooperatif dalam 24 jam.

Kriteria Hasil:
-  Dapat mengulang penjelasan yang dibe-rikan.
-  Melakukan anjuran yang diberikan.
1. Kaji kemampuan belajar keluarga (ibu).

2. Berikan informasi yang tepat & je-las serta mudah untuk dimengerti.
3. Jelaskan kondisi klien, pengobatan, prognosanya serta prosedur diag-nostik.
4. Dorong keluarga/ibu untuk berta-nya & mengungkapkan kecema-sannya.
5. Jelaskan tentang efek samping pe-ngobatan & manfaatnya bagi klien.
1. Kemampuan belajar berka-itan dengan keadaan emosi & kesiapan fisik.
2. Agar tidak terjadi salah inter-peretasi/pengertian.
3. Agar keluarga dapat mema-haminya.

4. Untuk mengubah pandang-annya yang salah & mereda-kan kecemasannya.
5. Mencegah keraguan terha-dap pengobatan & mening-katkan motivasi keluarga un-tuk terus mendukung klien dalam menjalani terapi.






IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

R
Dx Kep
Tgl.
Jam
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
1
09/7/
2001
0745 wib

0820

0845

0915


0915

-          Memberikan kompres hangat pada dahi & ketiak kanan/kiri.
-          Memberikan injeksi Streptomycin 400 mg/IM.
-          Memberikan obat oral (puyer) serta diit TKTP, Modisco III 100 cc, tim bubur saring 150 cc lewat sonde.
-          Menanyakan kepada ibu klien apa-kah ada keluarga yang sakit batuk lama (TBC) & dijawab tidak ada.
-          Menganjurkan keluarga untuk membatasi pengunjung/menjenguk secara bergantian.
-          Monitor suhu tubuh: 37oC.
S: -
O: -Suhu tubuh 37oC.
     -Ada spastik.
     -Tidak ada ke-
       jang.
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan rencana kepe-rawatan.
2
09/7/
2001
1000



0855

0900
1030


-          Mengkaji tentang status nutrisi klien; mengukur: LK 50 cm, LD 55,5 cm, LLA 10,5 cm, BB= 12m5 kg, TB= 105 cm.
-          Menganjurkan ibu klien untuk memberikan sari buah/juice.
-         Melakukan perawatan oral hygiene.
-         Menanyakan & mencatat output BAK 2x (± 200 cc).

S: Ibu mengata-kan telah mem-berikan semua diit sesuai route pemberian.
O: -Diit dihabis-kan sesuai waktu.
     -BB= 12,5 kg.
     -Ibu membe-rikan jus buah      
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan rencana kepe-rawatan.
3
09/7/
2001
0930

0935
1045

1100

1145



1245
-         Memberikan gulungan kain untuk dipegang oleh klien.
-         Memberikan kain diantara kedua kaki saat klien miring kiri/kanan.
-         Mengajarkan ibu untuk melatih otot lengan & kaki.
-         Memberikan talk pada punggung & daerah yang menonjol.
-         Menyarankan ibu untuk melaksanakan fisioterapi seperti yang diajarkan oleh rehab medik setiap 1-2 jam.
-          Monitor TTV: nadi= 128x/mnt, RR= 36x/mnt, suhu= 37,2oC.
S:  -
O: -Kesadaran somnolen.
     -Ada spastik.
     -Kaki & tangan drop/kaku.      
A: Masalah tetap.
P: Tetap teruskan rencana inter-vensi.
3
09/7/
2001
0820

0835
0845
-          Memberikan injeksi Streptomycin 400 mg/IM.
-          Memberikan obat oral (puyer).
-    Memberikan kompres hangat, suhu 38,1oC.

S:
O:
A:        Klien pu-            
P:        lang paksa
            Tanggal 
            10-7-01
            (malam hari)
3
10/7/
2001
0910

0920

0930

0945
-          Mengatur posisi klien miring kiri/ka-nan.
-          Memberikan talk & masase pada punggung & daerah yang tertekan.
-          Mengamati & memperbaiki posisi tubuh klien & kain yang digenggam.
-          Mengamati ibu klien dalam mene-rapkan latihan yang diajarkan oleh bagian rehab medik kemarin.
S:
O:
A:        Klien pu-             
P:        lang paksa
            Tanggal 
            10-7-01
            (malam hari)
2
10/7/
2001
0855

0900



1030
-          Memberikan diit TKTP Modisco III, tim bubur serta sari buah 50 cc.
-          Melakukan perawatan mulut deng-an gliserin.
-          Mengingatkan ibu untuk tepat memberikan diit kepada klien.
-          Mengukur output: BAK 300 cc, BAB 1x, pagi lavament.
S:
O:
A:        Klien pu-            
P:        lang paksa
            Tanggal 
            10-7-01
            (malam hari)
4
10/7/
2001
1000

1045




1100


1215


1255
-          Menjelaskan tentang perawatan pa-sien tidak sadar.
-          Menjelaskan tentang prosedur pe-ngobatan/perawatan mengapa ma-ta klien harus dijahit/ditutup namun klien tetap menolak mata anaknya dijahit.
-          Menjelaskan efek samping bila ma-ta klien tidak ditutup serta progno-sisnya.
-          Menjanjikan untuk menjelaskan tentang pengobatan klien kepada ibu besok (membuat kontrak).
-          Mengukur TTV: nadi= 132x/mnt, RR= 40x/mnt, suhu= 38,2oC.
S:
O:
A:        Klien pu-            
P:        lang paksa
            Tanggal 
            10-7-01
            (malam hari)






SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi :  Ilmu Keperawatan Anak
Topik              :  Pengobatan TB pada anak
Sub Topik      :  Anjuran pemberian pengobatan secara intensif & tuntas serta   benar
Sasaran         :  Keluarga (ibu & ayah), klien
Tempat           :  Ruang Anak (B 3), RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hari/Tanggal :  Rabu, 11 Juli 2001
Waktu             :  1 x 20 menit
 

I.  TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
    Pada akhir proses penyuluhan, ibu dan keluarga dapat mengetahui pengobatan TB yang harus diberikan kepada anaknya selama sakit.

II.  TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
      Setelah diberikan penyuluhan ibu dapat:
      1.  Menyebutkan tujuan pengobatan TB secara umum.
2.    Menyebutkan prinsip pengobatan TB pada anak.
3.    Menyebutkan alternatif pengobatan TB pada anak.
4.    Menyebutkan obat anti tuberkulosis (OAT) .
5.    Menyebutkan lama pemberian obat TB pada anak.
6.    Menyebutkan efek samping obat TB pada anak.

III.  SASARAN
Ibu dan keluarga serta klien, An. M.F yang dirawat di Ruang anak (B 3) di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

IV.  MATERI
      1.  Tujuan pengobatan TB secara umum.
2.    Prinsip pengobatan TB pada anak.
3.    Alternatif pengobatan TB pada anak.
4.    Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5.    Lama pemberian obat TB pada anak.
6.    Efek samping obat TB pada anak.

V.   METODE
-          Ceramah
-          Tanya jawab

VI.  MEDIA: 
-  Leaflet/brosur.

VII.KRITERIA EVALUASI
         Kriteria proses:
         1.  Ibu dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
2.    Ibu dan keluarga konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
3.    Ibu dan keluarga mengaju kan pertanyaan & menjawab pertanyaan secara benar.
Kriteria hasil:
1.  Ibu mengetahui tentang tujuan pengobatan TB pada anak.
2.    Ibu mengetahui tentang:
1)    Tujuan pengobatan TB secara umum.
2)    Prinsip pengobatan TB pada anak.
3)    Alternatif pengobatan TB pada anak.
4)    Obat anti tuberkulosis (OAT) .
5)    Lama pemberian obat TB pada anak.
6)    Efek samping obat TB pada anak.

VIII.   KEGIATAN PENYULUHAN
No
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
1.
3 menit
1. Memperkenalkan diri & pembimbing
2. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
3. Melakukan kontrak wak-tu
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
-          Mendengarkan.

-          Mendengarkan.

-          Memperhatikan.

-          Memperhatikan.
2.
15 menit
Pelaksanaan:
-          Menjelaskan tentang tujuan pengobatan TB secara umum.
-          Menjelaskan tentang prinsip pengobatan TB pada anak.
-          Menjelaskan tentang alternatif pengobatan TB pada anak.
-          Menjelaskan tentang obat anti tuberkulosis (OAT) .
-          Menjelaskan tentang lama pemberian obat TB pada anak.
-          Menjelaskan tentang efek samping obat TB pada anak.

-          Mendengarkan & memperhatikan.







-          Bertanya & menjawab pertanyaan yang diajukan.

3.
5 menit
Evaluasi:
- Menanyakan kepada ibu/ keluarga tentang materi yang telah diberikan & reinforcement kepada ibu/ keluarga bila dapat menjawab/menjelaskan kembali.
-     Menjawab pertanyaan

4.
2 menit
Terminasi:
-       Mengucapkan terima ka-sih kepada ibu & keluarga.
-       Bersalaman dengan ibu & keluarga.
-   Mendengarkan & bersalaman

IX.  PENGORGANISASIAN
Pembicara      :  Herry Reonardo
      Pembimbing   :   -  Ibu M. E. Sumiati
                                    -  Ibu Indriatie, Skp




































Materi Penyuluhan:

     
PENGOBATAN TB PADA ANAK



A.   Tujuan Pengobatan TB
Adalah selain menyembuhkan juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap obat anti tuberculosis (OAT) dan memutus mata rantai penularan.

B.   Prinsip Pengobatan TB
1.    Permulaan intensif.
Kemungkinan komplikasi TB pada anak sangat luas, maka lebih baik terlalu cepat mengobati daripada terlambat mengobati.  Setelah diperiksa dengan teliti dan selengkap mungkin serta dicurigai kemungkinan besar TB, maka langsung diobati.  Bila 2 bulan terlihat perbaikan nyata maka diagnosis TB lebih pasti  pengobatan di teruskan.  Tapi apabila dalam 2 bulan tidak ada perbaikan nyata, mungkin bukan TB atau ada resistensi terhadap obat.  Perlu diperiksa lebih lanjut dan lebih teliti.

2.    Kombinasi 3 atau lebih obat anti TB.   
 §  Obat Anti Tuberculosis (OAT):
1)    Isoniazid (INH)
2)    Rifampisin                  
3)    Pirazinamid    
4)    Streptomisin
5)    Etambutol
6)    Lain-lain: Ethionamid, Kanamycin, Cycloserine, Ciplofloxacin.
§       Obat-obat paling efektif:
-          Kavitas, extra sel:  INH, Rifampicin, Streptomycin.
-          Massa keju:  Rifampicin, INH.
-          Dalam makrofag (intra sel): PZA, Rifampicin, INH.
§       Diberikan:  1 bulan; 2 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 1 tahun.

3.    Teratur dan lama.
Diberikan dalam waktu yang lama dan harus diminum secara teratur, jangan sampai putus ( patuh minum obat).  Perlu diawasi oleh petugas kesehatan, orang yang disegani atau guru sekolah.

4.    Pemberian gizi yang baik.
Umumnya klien dengna TB berat badannya turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi, nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh, jadi klien perlu penanganan gizi secara baik dan benar untuk menunjang program pengobatan.


5.    Pengobatan dan pencegahan penyakit lain.
Selain pengobatan TB, pada paru juga diperlukan pengobatan dan pencegahan terhadap komplikasi TB diluar paru, sesuai gejala yang muncul seperti:
-          TB pada kulit/skrofuloderm.
-          TB tulang dan sendi.
-          TB otak dan saraf.
-          TB pada mata.
-          TB pada organ-organ lain



C.   Alternatif Pengobatan TB Paru Pada Anak
1.  Pengobatan jangka panjang (Long-Term Regimen): kombinasi obat murah,   memakan waktu 18 – 24 bulan.
2.    Pengobatan jangka pendek (Short-Term Regimen): kombinasi obat mahal, waktu 6 – 9 bulan.

D.   Obat Anti Tuberculosis Pada Anak
1.  Isoniazid/INH (tablet atau puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 300 mg/hari.
2.    Rifampisin/Rmp (suspensi): diminum 1-2x/hari saat perut kosong/sebelum makan.  Maksimal 600 mg/hari.
3.    Pirazinamid/PZA (tablet/puyer): diminum 1-2x/hari, maksimal 2 mg/hari.
4.    Streptomisin (Strep): disuntik tiap hari, maksimal 1 gr/hari.
5.    Etambutol (tablet/puyer): diminum 1x/hari.  Maksimal 2,5 gram/hari saat perut kosong/sebelum makan.
6.    Lain-lain: Ethionamide, Kanamycin, Cycloserin, Ciprofloxacin.
Catatan:  INH, PZA dan Limfapisin tidak dibuat jadi satu suspensi karena mengganggu daya kerja/khasiat Rifampisin.

E.   Lama Pemberian Obat Pada Anak

Macam Obat
Frekuensi Pemberian
Lama
INH
Dosis tunggal setiap hari
6 bulan
INH
Rmp
Strep

Dosis tunggal setiap hari
6 bulan
Strep 2 bulan
INH
Rmp
Strep
PZA

Dosis tunggal setiap hari

9 bulan (Strep & PZA 2 bulan)
INH
Rmp         TB tulang
Strep         belakang


Dosis tunggal setiap hari

6-9 bulan (Strep 2 bulan)
INH
Rmp          Meningitis TB
Strep         dosis berbeda
PZA

Dosis tunggal setiap hari

12 bulan (Strep & PZA 2 bulan)

F.    Efek Samping Obat Pada Anak
INH  :
À  Radang syaraf tepi
À      Racun Pada hati
À      Hepatitis
      Rmp  :
      À  Hepatitis
À      Mual
À      Muntah
À      Nafsu makan menurun
À      Kencing berwana merah/orange
      PZA   :
      À   Racun pada hati
À       Nyeri pada persendian
      Strep :
      À   Racun pada syaraf
À       Keseimbangan
À       Gangguan pendengaran
Etambutol:
À      Radang pada syaraf mata
À      Kulit kemerahan dan bengkak
Etionamid:
À      Mual
À      Muntah
À      Racun di hati
PAS (P):
À      Gastritis (maag)
À      Racun di hati.

Tidak ada komentar: