Batu ginjal merupakan salah satu penyebab
penyakit gagal ginjal, dahulu untuk membuangnya harus lewat operasi. Kini,
dengan teknologi kedokteran canggih, batu yang berukuran kecil pun bisa
dihancurkan tanpa melibatkan pisau bedah.
Infeksi batu ginjal kronis merupakan faktor
penyebab kedua terjadinya gagal ginjal di Indonesia. Pada kasus ini pembentukan
batu terjadi pada buli-buli (kandung kemih) atas atau bawah serta pada piala
ginjal (calyx), tidak pada salurannya. Namun, yang menjadi penyebab utama gagal
ginjal pada umumnya adalah infeksi batu pada ginjal atau kandung kemih atas. Penyakit
gagal ginjal juga banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan makanan.
“Semakin makmur suatu masyarakat, semakin banyak terjadi endapan batu pada
ginjal, dibandingkan pada kandung kemih,” tambah Manuputty. Konsumsi minuman
dan makanan yang kurang higienis memacu terjadinya air seni pekat, sehingga
memudahkan terbentuknya infeksi atau kristal batu pada kandung kemih.
Sebaliknya pola makan masyarakat maju yang cenderung memilih makanan berkadar
kalsium-oksalat (misalnya makanan dengan olahan bahan susu, minuman cola,
makanan bergaram tinggi, makanan manis, vitamin C dosis tinggi, kopi, teh
kental, dll.) serta asam urat (tinggi protein), memudahkan terbentuknya endapan
pada piala ginjal karena konsentrasi air seni cepat meningkat.
Di samping itu yang tak kalah pentingnya
adalah faktor bakat atau warisan genetik seseorang. “Kalau salah satu sanak
saudara kita ada yang menderita penyakit batu ginjal atau batu kemih, artinya
kita mempunyai kecenderungan lebih besar terserang penyakit yang sama daripada
orang lain.”
Penyakit batu ginjal yang diderita 0,5% penduduk Indonesia ini lebih
banyak menyerang kaum pria dibandingkan wanita. Bila 1 - 2% dari populasi
diperiksa kadar kalsium air seninya akan meninggi, tetapi hanya 10% yang
terkena penyakit batu ginjal. Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang
berperan dalam pembentukan batu selain bahan dasarnya. Faktor tersebut antara
lain adalah kurangnya cairan tubuh yang menyebabkan produksi air seni sedikit
dan pekat. Pada mereka yang setiap hari bekerja di udara terbuka (petani,
pekerja lapangan) atau di ruang mesin yang panas, terutama yang kurang minum,
akan cepat menimbulkan efek perubahan keasaman atau kebasaan air seni. Masalahnya,
di sini faktor penghambat pembentukan batu jadi berkurang atau hilang sama
sekali. Atau, bisa pula terjadi peningkatan kalsium dalam urine karena
mobilisasi kalsium tulang akibat seseorang tidak lagi bisa bergerak karena
sakit lumpuh, misalnya.
Konsumsi vitamin C dan D dosis tinggi pada
seseorang yang secara genetik berbakat, akan memudahkannya terserang penyakit
ini. Pada orang berbakat batu, mengkonsumsi 100 - 300 mg vitamin C setiap hari,
memudahkan terbentuknya batu. Soalnya, vitamin C mengandung kalsium oksalat
tinggi. Vitamin D dosis tinggi pun menyebabkan absorbsi kalsium ke dalam usus
meningkat. Obat sitostatik untuk penyakit kanker pun memudahkan pembentukan
batu karena meningkatkan asam urat.
Silent Stone
Selain batu kalsium oksalat (60 - 80%), ada
lagi campuran kalsium oksalat-fosfat yang sifatnya lebih keras. Pada
pemeriksaan radiologi, batu ini tampak putih seperti tulang karena kandungan
kalsiumnya lebih tinggi. Ada lagi batu tripel fosfat (10 - 15%) yang tersusun
dari kalsium-magnesium-ammonium fosfat(struvite). Batu ini terbentuk akibat
infeksi saluran kemih karena kuman golongan Proreous, Pseudomonas, Klebsicla,
atau Stafilok. Bentuk batu menyerupai tanduk rusa karena mengisi saluran kemih
yang berbentuk seperti tanduk rusa. Lalu ada batu sistin yang terjadi akibat
faktor genetik. Namun campuran fosfat dan sistin ini jarang terjadi. Sedangkan
batu karena asam urat (5 - 15%) terbentuk akibat sekresi asam urat yang
berlebihan dalam urin akibat faktor genetik yang diperberat dengan konsumsi makanan
kaya purin, umpamanya jerohan.
Dalam pemeriksaan radiologi, batu jenis ini
sering tidak tampak kecuali kalau unsurnya tercampur dengan kalsium. Oleh sebab
itu, selain memakai CT-Scan, pemeriksaan batu ginjal masih memerlukan bantuan
suntikan cairan pekat intra venus yang kemudian bisa lebih jelas terlihat
melalui USG. Begitu pula pada pemeriksaan hematuri-makroskopik atau pemeriksaan
sel darah merah yang masuk air seni, gejala penyakit ini sering tidak tampak
dengan jelas (90%). “Walaupun hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan sudah
tampak adanya gejala awal atau gejala pegal pinggang, penderita sering
mengacuhkannya. Tahu-tahu batu sudah sebesar telur ayam.
Pembentukan batu secara perlahan-lahan ini
dinamakan silent stone. Pada umumnya penderita baru mengeluh setelah batu
membesar dan dapat terdeteksi jelas. Apalagi bila mulai timbul gejala yang
lebih nyata seperti sakit atau pegal pinggang bawah yang kadang-kadang terasa
sampai ke perut depan bawah, terjadi kolik (sumbatan mendadak pada saluran atau
ureter secara mendadak yang mengakibatkan rasa sakit luar biasa karena batu
tajam yang turun ke saluran menyebabkan mengembangnya saluran) yang sering
diiringi muntah dan berkeringat banyak atau batu mengalami infeksi sehingga
seluruh salurannya terinfeksi. Bahkan kerusakan pada satu ginjal seringkali
tidak tampak dalam sistem kelancaran buang air kecilnya karena dengan satu
ginjal sehat kelancaran air seni tidak terganggu. Namun, begitu kedua ginjal
mulai kurang berfungsi (”tertular” ginjal yang infeksi) sistem pembuangan urine
mulai terganggu. Pada tahap ini air seni mengalir tidak lancar atau
anyang-ayangen (Bhs. Jawa), tubuh terserang demam.
Pembesaran atau infeksi kelenjar prostat
yang terbanyak menyerang pria usia 50 ke atas juga sering kali menimbulkan
komplikasi timbulnya batu kandung kemih. Pembesaran prostat menyebabkan aliran
air seni terganggu sehingga air seni mudah membentuk kristal.
Tindakan Tepat
Penatalaksanaan pengobatan penyakit batu
ginjal menyangkut beberapa strategi terhadap keluhan gejala. Mula-mula keluhan
sakit dihilangkan, kemudian mengatasi infeksi serta komplikasi lain. Terakhir,
tentu usaha menghancurkan atau mengangkat batunya. Sebelum batu diangkat atau
dihancurkan tentu perlu pemeriksaan laboratorium, radiologi, USG, dll. Selain
lewat pembedahan terbuka, penghancuran batu ginjal dan kemih bisa dilakukan
dengan metode litotripsi atau proses menghancurkan batu menggunakan gelombang
kejut atau ultrasonik. Ada dua prosedur litotripsi yakni ESWL (Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy) dan Percutaneous Lithotripsy (tusukan pada
kulit) yang sudah cukup lama digunakan di beberapa rumah sakit di Indonesia.
Alat litotripsi berada di luar tubuh.
Sebelum batu ditembak, dilakukan foto rontgen untuk mengetahui posisi batu.
Kemudian melalui layar monitor, dicari lagi sasaran yang tepat. Di sini pasien
tidak harus dibius. Posisi pasien telentang atau telungkup tergantung letak
batu. Setelah tembakan berulang kali tepat sasaran, pecahan batu akan keluar
bersama air seni (kencing bercampur darah selama 12 jam). Agar pasien tidak
kesakitan tentu proses penembakan tidak boleh dengan tekanan tinggi.
Sedangkan metode percutaneous berupa
alat nefroskop (alat teropong mirip bor kecil) yang dilengkapi alat penghantar
gelombang getar ultrasosonik, dimasukkan ke dalam ginjal melalui lubang sayatan
di panggul. Dengan gelombang getar ultrasonik tersebut, batu dapat dipecahkan
dan disingkirkan, kemudian pecahan juga keluar bersama air seni. Mungkin
penderita akan merasa nyeri sewaktu kencing keluar melalui kateter karena
saluran kencing agak terhalang oleh pecahan batu tadi. Pemecahan batu dengan
kedua alat tersebut mengharuskan pasien tinggal di rumah sakit selama 2 - 3
hari sampai kencing jernih kembali. Setelah seminggu pasien bisa kembali aktif.
Cara yang lebih canggih sekarang dengan
menggunakan sinar laser. Tipe laser yang digunakan adalah tipe pulse dye,
holmium. Caranya, melalui saluran ureta dimasukkan selang fiber mini, yang
langsung dapat mengenai batu sasaran. Kalau tipe pulse dye hanya untuk batu
ginjal atau kemih saja, tipe Holmium ini lebih multiguna. Misalnya juga untuk
pengobatan pembesaran atau infeksi prostat serta tumor jinak kandung kemih. Holmium
ini pandai mengatur frekuensi tembakan agar batu tidak terdorong ke atas. Jarak
antara selang fiber dengan batu paling-paling hanya 1 mm.
Dengan sistem gelombang pulsasi batu dengan
segera bisa dipunahkan. Tindakan dengan mesin canggih ini dinilai lebih cepat
(1,5 jam untuk batu besar), risiko perdarahan atau kerusakan jaringan
sekitarnya hampir tidak ada serta nyeri pascaoperasi dan risiko komplikasi
hampir tidak terasa. Penderita tidak perlu menginap di rumah sakit, bisa
langsung pulang begitu kesadaran sudah pulih. Biayanya pun sekitar Rp 1 juta
lebih murah daripada operasi terbuka. Komplikasi paling-paling terasa sedikit
demam dan nyeri setelah tindakan, yang bisa diatasi dengan obat antibiotika.
Sedangkan terciptanya semacam kepulan debu (perforasi) akibat sistem pulsasi
tadi, bisa diatasi dengan mengalirkan terus menerus cairan NaCl fisiologis. Untuk
menangani batu pada kantung kemih misalnya, diperlukan pulsasi rata-rata 10 -
20 kali per detik. Untuk batu saluran kemih (ureter) hanya 5 - 10 kali per
detik. Di sini pasien perlu dibius dan kondisi jantung, paru-paru dan ginjal
harus baik agar sasaran tercapai dengan sukses.
Cara penanggulangan batu ginjal dan kemih
memang bervariasi. Yang utama dicari kasusnya, letak dan ukuran batunya.
Kemudian baru ditentukan diatasi dengan cara mana yang paling tepat atau
kombinasi berbagai cara. Kalau letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar,
jalan satu-satunya dengan pembedahan. Kalau ginjal yang ditumbuhi batu mulai
rusak, harus diangkat, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak”.
Adakalanya, khusus dibuat jalan pintas aliran air seni bila sumbatan batu sulit
atau tidak bisa dihilangkan, agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Kemungkinan
kambuh memang bisa terjadi apabila penderita kurang memperhatikan kesehatannya.
Pada umumnya batu kandung kemih tidak kambuh lagi, tapi tidak demikian dengan
dengan batu pada ginjal. Namun, setiap tindakan seharusnya dapat mengenyahkan
batu sampai bersih. Setelah dikeluarkan batu dianalisa kembali jenisnya,
penyebab terjadinya batu, bagaimana terbentuknya, dll.
Yang secara teknis sulit dihancurkan atau
dibersihkan apabila letak batu jauh dari pusat saluran kemih, atau jumlahnya
banyak dan tersebar. Paling repot kalau tidak mungkin dilakukan operasi besar
pada diri pasien karena kondisinya lemah atau mempunyai penyakit lain. Dalam
kasus seperti itu tentu sebelum tindakan dilakukan perlu dipelajari secara
saksama kadar zat pembentuk batu dengan memeriksa kadar zat pembentuk dalam
urine(ditampung selama 24 jam) kemudian bisa dianalisis konsentrasi adanya
zat-zat tersebut. Baru kemudian tindakan apa yang paling tepat dan aman bisa
dilakukan. Batu bukan organik (kalsium oksalat dan fosfat) biasanya tidak bisa
larut hanya dengan obat-obatan, jadi harus dilakukan tindakan seperti di atas
tadi.
Usaha yang perlu ditempuh agar penyakit ini
tidak kambuh a.l. dengan minum air putih yang cukup agar kencing keluar 2 - 3
sehari. Bila perlu harus minum sebelum tidur agar malam hari kencing tidak
kurang. Minuman segar seperti cola atau minuman bersoda lain, tidak dianjurkan
untuk mereka yang pernah mengidap batu kalsium oksalat, tapi tidak bagi batu
asam urat. Pengobatan serta pencegahan agar tidak kambuh banyak ditentukan oleh
jenis batunya. Misalnya batu kalsium akibat ekskresi kalsium yang meningkat di
air seni dapat dicegah atau dikurangi dengan mengurangi asupan kalsium dalam
makanan seperti makanan olahan dari susu sapi, tinggi kedelai misalnya. Atau,
dokter memberikan obat yang berkhasiat mengurangi ekskresi kalsium. Untuk jenis
batu ekskresi asam urat biasanya diberikan obat alupurinol yang dapat
mengurangi batu kambuhan dari asam urat. Karena batu asam urat mudah terbentuk
dalam suasana asam maka perlu juga pengubahan suasana keasaman misalnya dengan
garam natrium bikarbonat di samping obat alupurinol tadi. Sedangkan batu yang
tidak disertai adanya ekskresi kalsium atau asam urat tinggi, dicoba dengan
minum banyak dulu, belum perlu obat.
Olahraga seperti jalan atau lari pagi
disertai minum cukup yang menunjang kelancaran keluarnya air seni sangat
dianjurkan. Bagi seseorang yang berbakat penyakit batu ginjal atau batu kemih,
hendaknya selalu memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari. Minum air putih
paling tidak 5 - 8 gelas sehari. Soto jerohan sapi, es krim, keju, milk shake,
kopi, cola, memang lezat, tapi ingat, terlalu banyak makanan dan minuman nikmat
tersebut akan memudahkan pembentukan batu dalam ginjal Anda
Sumber: URL Arsip: http://arsip.info/07_08_11_145617.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar