PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode
penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia
berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan
anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Perkembangan
adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi
psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan
dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju
dewasa.
Perkembangan
menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan
ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stress
dan kemampuan
untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
- Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
- Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
- Kerusakan
otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan dalam
pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
- Kelainan
pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan
mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
- Anemia atau penyakit darah lainnya
- Kelainan
pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi atau hilangnya
enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi
Menurut
Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal
dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan
di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di
negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain di akibatkan
oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk
tumbuh kembang anak yang optimal.
2. Faktor Ekstrinsik
Yang merupakan faktor ekstrinsik:
- Faktor psikis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau kekerasan dari orang tua).
- Depresi
bisa menyebabkan nafsu makan anak berkurang. Depresi bisa terjadi jika
anak tidak mendapatkan rangsangan sosial yang cukup, seperti yang dapat
terjadi pada bayi yang diisolasi dalam suatu inkubator atau pada anak
yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
- Faktor
ekonomi (dapat mempengaruhi masalah pemberian makanan kepada anak,
tempat tinggal dan perilaku orang tua). Keadaan ekonomi yang pas-pasan
dapat menyebabkan anak tidak memperoleh gizi yang cukup untuk
perkembangan dan pertumbuhannya
- Faktor lingkungan (termasuk pemaparan oleh infeksi, parasit atau racun).
Lingkungan
merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan
sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
ini merupakan lingkungan “bio-psiko-fisiko-sosial” yang mempengaruhi
individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
3. Faktor Pendukung
Faktor – faktor pendukung perkembangan anak, antara lain :
1) Terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut
2) Peran aktif orang tua
3) Lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak
4) Peran aktif anak
5) Pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 1998).
C. Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital dan masa estetik.
1. Masa Vital
Pada
masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun
pertama dalam kehidupan individu ini sebagai masa oral, karena mulut
dipandang sebagai sumber kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang
dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena mulut merupakan sumber
kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk
melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
Pada
tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan
mulai belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian
ruang dekat dan selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini
umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan (kesehatan). Melalui
latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau
dorongan-dorongn yang datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air
kecil dan air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
2. Masa Estetik
Pada
masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata
estetik disini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang
terutama adalah fungsi panca
inderanya.
Pada masa ini, panca indera masih peka karena itu Montessori
menciptakan bermacam – macam alat permainan untuk melatih panca
inderanya (Yusuf, 2001: 69).
D. Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah
Havighurst
(1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas yang
muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang
apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan
dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila
gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada diri individu yang
bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas
perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan
yang seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase
perkembangan-nya, seperti tugas yang berkaitan dengan perubahan
kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama dan hal lainnya
sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya. Tugas-tugas
perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah sebagai berikut :
1) Belajar berjalan
2) Belajar memakan makanan padat
3) Belajar berbicara
4) Belajar buang air kecil dan buang air besar
5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6) Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
7) Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam
8) Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara / orang lain
9) Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk (mengembangkan kata hati).
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum
2) Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
3) Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
4) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
6) Mengembangkan penngertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi
Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun sebagai berikut:
1) Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar)
2) Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)
3) Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan)
4) Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)
E. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :
1) Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2) Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar.
3) Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4) Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga (Suherman, 2000)
F. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (DDST)
DDST
(Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode
skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit),
dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan
anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 1998).
Frankenburg
dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam
menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/
tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan
Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang
sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik
Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh.
Alat
yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik,
kubus warna merah-hijau-biru, prmainan anak, botol kecil, bola tennis,
bel kecil, kertas dan pencil; lembar
formulir
DDST; buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya (Soetjiningsih, 1998).
Penilaian
sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana
melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah
anak tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O).
Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah
itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya
berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:
a. Abnormal,
bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih,
bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
plus 1 sektor atau lebih dengan keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
b. Meragukan
(Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau
lebih, bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sector yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.
c. Tidak dapat dites (Untestable)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar