the consonant of English
The consonant of English
|
Bilabial
|
Labiodental
|
Interdental
|
Alveolar
|
Palatal
|
Velar
|
Glottal
| |||||||
stops
|
p
|
b
| | | | | |
O
| | |
k
|
g
| | |
Fricative
| | |
f
|
v
|
θ
| |
s
|
Z
|
s
| | | | |
h
|
Affricate
| | | | | | | | |
s
|
d
| | | | |
Nasal
|
m
| | | | | | |
n
| | | |
n
| | |
Liquid
| | | | | | | |
l
| | | | | | |
Retroflex liquid
| | | | | | | |
r
| | | | | | |
glide
|
m
|
w
| | | | | | | |
j
| | | | |
Examples of consonant
Care phoneme yang bacaannya seperti ini
|
Initial
|
Medial
|
final
|
voiceless
|
/p/ pin
Bilabial
Plosive/stop
Voiceless initial
phoneme
|
Appear
Bilabial
Plosive/stop
Voiceless medial
phoneme
|
Shape
Bilabial
Plosive /stop
Voiceless final
Phoneme
|
voiced
|
/b/ blow
Bilabial plosive
Voiced initial
phoneme
|
symbol
|
bulb
|
Kemampuan pemecahan masalah (solusi) usaha
Kemampuan pemecahan masalah (solusi) usaha
Salah satu tanggungjawab terpenting para Wirausahawan adalah
berusaha
memecahkan masalah secara ilmiah dalam bisnis. Para Wirausahawan
hendaknya dapat menganalisis dengan mengumpulkan data-data, mengolahnya,
menganalisis, menginterpretasi dan menarik kesimpulan dari
penganalisisan tersebut. Pemecahan masalah itu merupakan kegiatan yang
amat penting di dalam usaha atau bisnis Keterampilan yang diperoleh para
Wirausaha, akan menjadi bekal di dalam pemecahan masalah dalam kegiatan
usaha atau bisnis. Meskipun persoalan tidak mempunyai masalah yang
benar, namun keputusan terakhir untuk menentukan pemecahan masalah yang
paling baik terserah kepada Wirausaha sendiri. Pemecahan masalah dan
cara penyelesaiannya dalam usaha atau bisnis, sebenarnya tidak begitu
sukar jika seorang Wirausaha sudah banyak pengalaman di dalam lingkungan
usaha atau bisnisnya. Jika persoalan-persoalan sudah ditentukan dan
semua informasi serta datadata
masalah
sudah dikumpulkan, seorang Wirausaha harus mengidentifikasi semua cara
pemecahan masalah yang dapat dilaksanakan. Seorang Wirausaha harus
memandang sebuah permasalahan dari pelbagai sudut dan mencari cara baru
untuk memecahkan masalahnya. Jika kelompok karyawan perusahaan
mengurangi jumlah pilihan masalannya, di sini Wirausaha harus
mempertimbangkan masalahnya, agar menjadi luas dan mendalam. Jika
seorang Wirausaha di dalam usaha atau bisnisnya meninjau lagi semua
pemecahan masalah yang mungkin terdapat di dalam daftar, maka beberapa
pemecahan itu dapat digabungkan, sedangkan pemecahan masalah yang
lainnya yang lainnya dapat dikesampingkan.
Di
bawah ini dikemukakan kriteria yang mungkin sangat berguna, jika
seorang Wirausaha ingin mengevaluasi pemecahan masalah yang
diusulkannya.
a. Apakah ada masalah yang tidak dapat diselesaikan ?
b. Apakah pemecahan masalah itu dapat diterapkan dengan baik?
c. Apakah pemecahan masalah dapat didasarkan teori, logika dan
pengalaman ?
d. Apakah pemecahan masalah itu sudah logis?
e. Apakah persoalan tambahan yang timbul dari hasil pemecahan
masalah dapat diselesaikan dengan baik?
Adapun prosedur pemecahan masalah, dengan langkah-langkahnya dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah sebagai berikut:
a. kenalilah persoalannya secara umum;
b. rumuskan persoalan dengan tepat dan benar;
c. identifikasikan persoalan utama yang ingin dipecahkan secara terkait;
d. Tentukan fakta-fakta dan data-data penting yang berkaitan dengan
masalah.
e. Tentukan teori dan pendekatan pemecahan masalahnya
f. Pertimbangkanlah pelbagai kemungkinan jalan keluar dari problem
tersebut.
g. Pilihlah jalan keluar yang dapat dilaksanakan dengan baik.
h. Periksalah, apakah cara penyelesaian masalah tersebut sudah tepat.
Langkah
berpikir secara ilmiah dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang
sistematis, berorientasi pada tujuan, serta menggunakan metode tertentu
untuk memecahkan masalah. Pada garis besarnya,pemikiran secara ilmiah
dapat berlangsung di dalam memecahkan masalah dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Merumuskan tujuan, keinginan, dan kebutuhan, baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang lain.
b. Merumuskan permasalahan yang berhubungan dengan usaha untuk
mencapai tujuan.
c. Menghimpun informasi relevan yang berhubungan dengan masalah
yang dipikirkan.
d. Menghimpun fakta-fakta obyektif yang berhubungan dengan masalah
yang dipikirkan.
e. Mengolah fakta-fakta deengan pola berpikir tertentu, baik secara
induktif maupun deduktif.
f. Memilih alternatif yang dirasa paling tepat.
g. Menguji alternatif itu dengan mempertimbangkan hukum sebab akibat.
h. Menemukan dan meyakini gagasan.
i. Mencetuskan gagasan itu, baik secara lisan maupun tulisan.
Sumber:
http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943994-kemampuan-pemecahan-masalah-solusi-usaha/#ixzz1KvE6eBQw
Jumat, 22 April 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada
saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat
terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan
manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien,
dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic
semakin banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan agar
proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.
Dengan
demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,
implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan
serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus
dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal
ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam
perkembangan produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam
hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan
baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus
berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan
(safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada saat ini
lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan sosial.
2. TUJUAN
a. Agar mahasiswa keperawatan menetahui perkembangan perawatan khususnya dalam perawatan luka.
b. Agar mahasiswa lebih mahir dan berpengetahuan dibidang perawatan lukka dengan model modern dressing.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN LUKA
Secara
definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh
karena adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan
berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama
penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi,
laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll. Sedangkan
klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi: superfisial,
yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan
lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang melibatkan
epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke tulang.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Healing by primary intention
Tepi
luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka
berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.
b) Healing by secondary intention
Terdapat
sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung
mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
c) Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.
Berdasarkan
klasifikasi berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua
yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang
terjadi dalam jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah
segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih
dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi
bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan
(delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
2. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1) Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
2) Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
3) Fase penyembuhan luka :
Ø Fase inflamasi :
• Hari ke 0-5
• Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah
• Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
• Fase awal terjadi haemostasis
• Fase akhir terjadi fagositosis
• Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
Ø Fase proliferasi or epitelisasi
• Hari 3 – 14
• Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka luka nampak merah segar, mengkilat
• Jaringan
granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh
darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
• Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
• Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
Ø Fase maturasi atau remodelling
• Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
• Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
• Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
• Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
3. Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
• Status Imunologi
• Kadar gula darah (impaired white cell function)
• Hidrasi (slows metabolism)
• Nutritisi
• Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
• Suplai oksigen dan vaskularisasi
• Nyeri (causes vasoconstriction)
• Corticosteroids (depress immune function)
4. Cara Perawatan Luka dengan Modern Dressing
Perkembangan
perawatan luka (wound care ) berkembang dengan sangat pesat di dunia
kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah
perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance, dimana
disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses
penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional.
Perawatan
luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai
metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern.
Metode tersebut belum begitu familiar bagi perawat di Indonesia
Biasanya,
tidak banyak yang dilakukan untuk merawat luka. Apalagi jika hanya luka
ringan. Langkah pertama yang diambil adalah membersihkannya kemudian
langsung diberi obat luka atau yang lebih dikenal dengan obat merah.
Sementara pada luka berat, setidaknya langkah yang diambil tidak jauh
dari membersihkannya dahulu, setelah itu diberi obat. Sering orang tidak
memperhatikan perlukah luka tersebut dibalut atau tidak.
Sementara itu, menurut Anik Enikmawati SKep NS dari Akper Muhammadiyah Surakarta,
kepada Joglosemar beberapa waktu lalu mengungkapkan perawatan luka
berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan luka tersebut. “Perawatan
luka paling sulit tergantung pada derajat luka. Jika luka mendalam
sampai ke lapisan kulit paling dalam, proses sembuhnya tentu saja juga
paling lama.” ungkapnya.
Seperti
pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya, papar Anik, terdapat
kasus bahwa luka tersebut harus diamputasi. Namun, tindakan amputasi
ternyata bisa digagalkan setelah dirawat dengan saksama dan dengan
metode yang benar dan tentunya dilakukan oleh perawat ahli. “Kesembuhan
luka pada tingkat tertentu seperti pada kasus luka akibat diabetes
tergantung pada kedisiplinan perawatan. Untuk itu harus diperkenalkan
pada masyarakat bahwa telah ada program perawatan di rumah atau home
care dengan perawat datang ke rumah,” ujar Anik.
Namun
sekarang, perkembangan perawatan luka atau disebut dengan wound care
berkembang sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang
berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip
moisture balance, di mana disebutkan dalam beberapa literatur lebih
efektif untuk penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode
konvensional.
Perawatan
luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal sebagai
metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern.
Metode tersebut memang belum familier bagi perawat di Indonesia. Di sisi
lain, metode perawatan luka modern dressing ini telah berkembang di
Indonesia terutama rumah sakit besar di kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit
tingkat kabupaten, perawatan luka menggunakan modern dressing tersebut
masih belum berkembang dengan baik. Untuk itu, belum lama Akper
Muhammadiyah Surakarta mengadakan workshop dengan tajuk A Half Day
Workshop on Wound Management di Balai Muhammadiyah Surakarta. Sebagai
pembicara, hadir Widasari SG SKP RN WOC (ET) N WCS, Direktur Wocare
Klinik.
Selama
ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika
luka tersebut telah mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang
seimbang kelembabannya memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi
kolagen di dalam matriks nonselular yang sehat. Pada luka akut, moisture
balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines dan chemokines
yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka.
Jadi, luka harus dijaga kelembabannya.
Dikatakan
Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat merusak proses
penyembuhan luka dan merusak sekitar luka, menyebabkan maserasi tepi
luka. Sementara itu, kurangnya kondisi kelembaban pada luka menyebabkan
kematian sel, dan tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.
Untuk
menciptakan suasana lembab, pada cara perawatan luka konvensional
memerlukan kasa sebagai balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka
dikompres kasa lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal
ini, memerlukan penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode
perawatan modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern
dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.
Dikatakan
Widasari, pada perawatan luka secara modern ini harus tetap
diperhatikan pada tiga tahapnya yakni mencuci luka, membuang jaringan
mati dan memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan untuk menurunkan
jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan lama, serta debrimen
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dari sel yang mati dari
permukaan luka. Dalam hal ini harus diperhatikan pada pemilihan cairan
pencuci yang tepat, hati-hati terhadap pemakaian antiseptik. Sedangkan
teknik pencucian dapat dengan cara perendaman atau irigasi,” tuturnya.
Di
sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk mempercepat
proses penyembuhan pada luka. Tujuan dari pemilihan balutan luka ini
adalah untuk membuang jaringan mati, benda asing atau partikel dari
luka. Belutan juga dapat mengontrol kejadian infeksi atau melindungi
luka dari trauma dan invasi bakteri. Pemilihan balutan harus mampu
mempertahankan kelembaban luka, selain juga berfungsi sebagai penyerap
cairan luka. Balutan juga harus nyaman digunakan dan steril serta cost
effective.
Sebagai
pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus sering
mengganti kain kasa dengan Na Cl sebagai pembalut luka, sekarang telah
ada metode perawatan luka secara modern yang memiliki prinsip menjaga
kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang digunakan adalah
kasa. Metode yang dikenal dengan modern dressing ini beberapa contoh di
antaranya yakni dengan penggunaan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel
berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap lembab. Selain itu
juga melunakkan dan menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak
jaringan sehat yang akan terserap ke dalam struktur gel dan terbuang
bersama pembalut. Hydrogel juga dapat meningkatkan autolityk debrimen
secara alami. Menurut Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur Wocare
Klinik, debrimen berarti proses pembuangan jaringan nekrosis atau
kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses enzimatic tubuh dari
permukaan luka. “Modern Dressing dengan hydrogel tidak menimbulkan
trauma dan sakit pada saat penggantian balutan dan dapat diaplikasikan
selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya.
Jenis
modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana kandungan Ca dapat
membantu menghentikan perdarahan. Kemudian hydroselulosa dengan fungsi
mampu menyerap cairan dua kali lipat dari Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hydrokoloid yang mampu menjaga dari kontaminasi air dan bakteri serta
dapat digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder. Penggunaan
jenis modern dressing tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.
Di
sisi lain, Widasari menyarankan untuk penggunaan kasa serta metcovazin
dalam perawatan luka dengan kondisi luka yang memiliki warna dasar
merah, kuning dan hitam. “ Metcovazin memiliki fungsi untuk mendukung
autolytik debrimen, menghindari trauma saat membuka balutan, mengurangi
bau tidak sedap yang ditimbulkan luka serta mempertahankan suasana
lembab. Bentuknya salep dalam kemasan,” tandasnya. n Triawati Prihatsari
Purwanto
5. Pengkajian Luka
1) Kondisi luka
a. Warna dasar luka
Dasar
pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic
tissue (black), infected tissue (green), granulating tissue (red),
epithelialising (pink).
b. Lokasi ukuran dan kedalaman luka
c. Eksudat dan bau
d. Tanda-tanda infeksi
e. Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
f. Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2) Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
3) Status vascular : Hb, TcO2
4) Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5) Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
6. Perencanaan
1) Pemilihan Balutan Luka
Balutan
luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka
ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh
Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal
Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan
suasana lembab ini antara lain:
a. Mempercepat
fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan
lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
b. Mempercepat
angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
c. Menurunkan resiko infeksi
d. Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
e. Mempercepat
pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses
penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis,
dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan
yang lembab.
f. Mempercepat
terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil
yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka
berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
a. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
b. Kemampuan
balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko
terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
c. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
d. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
e. Kemampuan
atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic
ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)
Dasar pemilihan terapi harus berdasarkan pada :
1. Apakah suplai telah tersedia?
2. Bagaimana cara memilih terapi yang tepat?
3. Bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih?
4. Bagaimana dengan pertimbangan biaya?
5. Apakah sesuai dengan SOP yang berlaku?
6. Bagaimana cara mengevaluasi?
2) Jenis-jenis balutan dan terapi alternative lainnya
a. Film Dressing
Ø Semi-permeable primary atau secondary dressings
Ø Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
Ø Conformable, anti robek atau tergores
Ø Tidak menyerap eksudat
Ø Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
Ø Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
Ø Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm
b. Hydrocolloid
Ø Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
Ø Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
Ø Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
Ø Waterproof
Ø Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
Ø Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
Ø Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
c. Alginate
Ø Terbuat dari rumput laut
Ø Membentuk gel diatas permukaan luka
Ø Mudah diangkat dan dibersihkan
Ø Bisa menyebabkan nyeri
Ø Membantu untuk mengangkat jaringan mati
Ø Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
Ø Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
Ø Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
Ø Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan
d. Foam Dressings
Ø Polyurethane
Ø Non-adherent wound contact layer
Ø Highly absorptive
Ø Semi-permeable
Ø Jenis bervariasi
Ø Adhesive dan non-adhesive
Ø Indikasi : eksudat sedang s.d berat
Ø Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam
Ø Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva
e. Terapi alternatif
Ø Zinc Oxide (ZnO cream)
Ø Madu (Honey)
Ø Sugar paste (gula)
Ø Larvae therapy/Maggot Therapy
Ø Vacuum Assisted Closure
Ø Hyperbaric Oxygen
7. Implementasi
1) Luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound)
Ø Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue)
Ø Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
Ø Untuk merangsang granulasi
Ø Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Ø Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressings
2) Luka Nekrotik
Ø Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar)
Ø Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
Ø Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Ø Hydrogels, hydrocolloid dressing
3) Luka terinfeksi
Ø Bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka
Ø Identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka
Ø Wound culture – systemic antibiotics
Ø Kontrol eksudat dan bau
Ø Ganti balutan tiap hari
Ø Hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressings
4) Luka Granulasi
Ø Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka
Ø Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Ø Moist wound surface – non-adherent dressing
Ø Treatment overgranulasi
Ø Hydrocolloids, foams, alginates
5) Luka epitelisasi
Ø Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”
Ø Transparent films, hydrocolloids
Ø Balutan tidak terlalu sering diganti
6) Balutan kombinasi
Ø Untuk hidrasi luka : hydrogel + film atau hanya hydrocolloid
Ø Untuk
debridement (deslough) : hydrogel + film/foam atau hanya hydrocolloid
atau alginate + film/foam atau hydrofibre + film/foam
Ø Untuk
memanage eksudat sedang s.d berat : extra absorbent foam atau extra
absorbent alginate + foam atau hydrofibre + foam atau cavity filler plus
foam
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a. Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat
b. Prinsip
utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang
komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas
2. SARAN
a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.
DAFTAR PUSTAKA
blogs.unpad.ac.id/hana/.../manajemen-perawatan-luka-modern.html/
Georgina Casey, Modern Wound Dressings. Nursing Standard, Oct 18-Oct 24, 2000:15,5: Proquest Nursing & Allied Health Search
www.fkep.unpad.ac.id/2009/01/perawatan-luka-modern/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar